PASAR Terapung Kuin adalah tempat wisata tradisional khas Banjarmasin. yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu di muara Sungai Barito di daerah Kuin, Banjarmasin.
Hingga sekarang pasar terapung masih ada namun pamornya sudah mulai turun seiring dengan adanya perkembangan pasar di darat dan belanja online. Nah, sejak beberapa tahun belakangan ini, dalam rangka merevitalisasi pasar tersebut dari kepunahan, Pemerintah Kota Banjarmasin membuat pasar terapung yang baru. Lokasinya di tepian Siring Menara Pandang di Jalan Kapten Pierre Tendean, Banjarmasin.
Siring itu membentang di pinggir Sungai Martapura yang membelah Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini hanya ada di pagi Minggu. Berbeda dari waktu operasi dua pasar terapung tradisional yang sudah lama ada, yaitu
Pasar Terapung Kuin di Banjarmasin dan
Pasar Terapung Lokbaintan di Kabupaten Banjar yang dimulai subuh dan berakhir pagi sekitar pukul 06.30 Wita tiap hari, pasar terapung di Siring Menara Pandang ini dimulainya lebih lambat dari pukul 06.30 Wita hingga menjelang siang.
Hal ini tentu saja membuat jumlah pengunjungnya lebih banyak dibandingkan dua pasar terapung lainnya karena di waktu pagi itu biasanya warga banjarmasin sudah banyak yang beraktifitas belanja atau sekadar bersantai di pasar terapung. Aksesnya yang mudah, yaitu di tengah Kota Banjarmasin, membuat daya tarik tersendiri bagi pasar ini. Bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun umum kecuali angkot karena di sini angkot memang tidak terlalu padat
Para pedagangnya pun menjajakan dagangan mereka tidak di tengah sungai seperti di Kuin dan Lokbaintan, namun merapat ke dermaga yang memang disediakan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin. Bahkan ada juga yang berjualannya di atas dermaganya, tidak di atas jukung atau perahu Dagangan yang mereka jual kebanyakan sayur, buah dan makanan tradisional Banjar seperti soto Banjar, ketupat Kandangan, laksa serta kue-kue seperti amparan tatak, puteri selat serta kudapan khas Banjar seperti jaring (jengkol), lupis, dan sebagainya. Harga yang mereka tawarkan pun merakyat, sekitar ribuan rupiah saja.
Para pedagangnya berjualan menggunakan topi tradisional Banjar bernama tanggui. Bentuknya bulat.Salah satu penjualnya adalah Arbayah. Perempuan paruh baya ini lebih senang berjualan di pasar terapung ini karena pengunjungnya banyak.
"Kalau subuh kadang-kadang saya jualan di
Pasar Terapung Kuin. Pernah juga beberapa kali di Lokbaintan, tapi lebih sering di siring ini karena pengunjungnya ramai. Biasanya saya berjualan di sini dari pukul 07.00 Wita hingga siang," ujar penjual sayur kalakai ini.
Di sini juga banyak kelotok. Pengunjung bisa menyewanya untuk berwisata ke beberapa tujuan atau sekadar susur Sungai Martapura dari Jembatan Pasar Lama ke Pasar Sudimampir. Tarifnya berbeda-beda.
Kalau mau wisata sungai dari Jembatan Pasar Lama yang dekat dengan lokasi pasar terapung ini ke Pasar Sudimampir, cukup merogoh kocek Rp 150 ribu. "Kalau rombongan maksimal 30 orang segitu tarifnya. Kalau sendiri saja Rp 100 ribu," jelas pengemudi kelotoknya, Saprullah.
Mau ke tujuan wisata lainnya juga bisa dari sini. Tarifnya beda lagi dan lebih mahal. Misalnya, ke
Pasar Terapung Kuin sekitar Rp 350 ribu baik berombongan atau sendirian. Mau lebih jauh lagi, bisa ke Pulau Kaget. Di sana, Anda bisa menyaksikan habitat asli monyet khas Kalimantan Selatan, yaitu bekantan. "Dari sini mau ke Pulau Kaget tarifnya Rp 400 ribu, baik berombongan atau sendiri. Kalau mau ke
Pasar Terapung Lokbaintan dan Pulau Kembang bisa juga, tetapi kalau mulai dari sini kami tidak melayani karena jauh sekali. Kalau mau ke Pulau Kembang, mau lihat kawanan monyet atau warik bisanya dari
Pasar Terapung Kuin," ujarnya.
Menariknya lagi, para pengemudi kelotok ini juga memiliki kartu nama lengkap dengan nomor telepon yang bisa dihubungi wisatawan jika ingin memakai jasa mereka berwisata ke beberapa tempat wisata di Banjarmasin menggunakan jalur sungai.
Para pengunjung datang ke sini selain untuk berbelanja di pasar terapung ada juga yang sekadar jalan-jalan. Di antaranya adalah Dwi yang kemari untuk refreshing.
Dia asli dari Balikpapan, Kalimantan Timur dan sudah tujuh tahun bermukim di Banjarmasin. Dia jarang kemari, namun penasaran ingin melihat pasar terapung. "Kalau di sini mudah dijangkau, pasarnya dekat jadi enak kalau mau belanja," ujarnya.
Selain pasar terapung, di siring ini masih banyak lagi yang bisa dinikmati. Banyak pedagang jajanan khas Banjar juga makanan lainnya seperti sate, es potong Singapura, salad buah, gorengan, pentol hingga berbagai minuman seperti es jeruk dan teh botol. Ada juga yang berjualan pakaian, aksesori seperti gelang, bros, cincin, kalung di siringnya. Ada juga rumah tradisional Banjar yang sudah direnovasi oleh Pemerintah Kota Banjar yang sering disebut Rumah Anno 1925. Di sini juga ada panggung hiburan berupa musik panting, musik tradisional Banjar.